Search This Blog

Sunday, February 12, 2012

AFTER THE SUNSET (Part 1)

Musim semi adalah musim yang cukup menyenangkan bagi Keiko. Dia tak akan bertemu salju yang akan membuatnya beku, dan tidak pula bertemu dengan panas matahari yang akan membakar kulitnya yang putih. Mungkin semua orang juga berfikir demikian, terlihat ketika ia menyusuri jalanan di suatu blok, ia berpapasan dengan orang-orang yang akan melakukan hanami di sore hari dengan ekspresi bahagia.

Wangi musim semi begitu terasa, ini yang membuat Keiko bersemangat menuju kedai ramen milik paman angkatnya. Letaknya tidak jauh dari tempat kerjanya. Keiko bekerja sebagai pegawai di toko musik, yang khusus menjual dan memperbaiki instrumen seperti gitar akustik, gitar elektrik, drum, trompet, horn, bass, dan sebagainya. Sampailah Keiko di kedai pamannya yang tidak begitu besar, namun banyak dikunjungi orang. Di depan kedai terpasang kain persegi panjang berwarna merah bertuliskan “RAMEN” dalam huruf katakana.

Sebenarnya ada hal lain yang membuat Keiko bersemangat pergi ke tempat itu. Teman lamanya, Tomoya, datang dari Tokyo untuk bertemu dengannya dan sedang menunggu di kedai. Tomoya adalah sahabat dekat Keiko sejak SMA dan ini adalah pertama kalinya bertemu setelah mereka lulus dari sekolah.

“Yo, Tuan Drummer dari Tokyo!” Ucap Keiko ketika ia sampai di kedai dan melihat Tomoya sedang menikmati ramennya.

Tomoya menengok ke arah Keiko, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Kamu ini kemana saja? Lama sekali sampainya…” sambut paman angkat Keiko sambil menyelesaikan pesanan ramen. Paman angkat Keiko adalah seorang duda berperawakan tinggi dan gagah. Keiko dan pamannya sangat dekat, terlebih ketika istri pamannya meninggal 3 tahun yang lalu karena sakit. Keiko sudah dianggap anak sendiri, apalagi paman angkatnya memang belum memiliki keturunan. Paman juga kenal baik dengan Tomoya.

“Iya maaf…” Keiko meminta maaf sambil tersenyum dan berjalan ke arah meja yang menyatu dengan tempat pamannya menyiapkan ramen. Biasanya meja ini dipakai untuk orang-orang yang hanya makan sendiri dan terdiri dari beberapa kursi yang berjejer. Tomoya juga menikmati ramennya di meja ini.

“Aku pesan seperti yang biasa ya Paman,” kata Keiko dan ia menarik kursi di sebelah Tomoya, lalu duduk.
“Sudah lama ya kita tidak berjumpa,” Keiko memulai pembicaraannya dengan Tomoya.
“Iya, sudah lama. Apa kabar?”

Pembicaraan pun mengalir. Mungkin terlihat biasa, namun bagi Keiko, ini adalah hal yang istimewa. Mungkin pembicaraan ini tak seperti ketika mereka masih sekolah. Ini lebih tenang dan lebih menahan ego masing-masing. Dua orang dewasa yang membicarakan kesibukan saat ini dan cita-cita, sambil menikmati ramen. Yang lebih membuat istimewa lagi adalah, kedai ramen ini adalah bagian dari memori Keiko dan Tomoya.

Namun, kedua wajah mereka menampakkan sesuatu yang terpendam. Mereka memaksakan untuk menyimpan perasaan itu dalam-dalam.

Di tengah kehangatan interaksi mereka, tiba-tiba ponsel Keiko berbunyi. Keiko membaca e-mail yang masuk ke ponselnya.

“Ah, aku melupakan Katou-kun.”
“Ada apa dengan dia?” Tanya paman.
“Aku harus segera pulang. Ini paman uangnya..”

Keiko meletakkan uang 250 yen di meja dan buru-buru keluar dari kedai. Tomoya yang menyaksikan Keiko pergi hanya bisa diam dan bertanya dalam hati, “Siapa Katou-kun itu?”

“Paman, apa Katou-kun itu pacar Keiko?” Tanya Tomoya penasaran.

“Hmmm… mengapa kau tidak Tanya sendiri padanya?” Jawab paman sambil tersenyum. Itu sebenarnya bukanlah jawaban. Sepertinya pamannya memberi isyarat yang tidak Tomoya mengerti. Dan Tomoya harus terpaksa puas dengan jawaban itu.


To be continued....

6 comments:

  1. hiyaaa ternyata part 1 nya pendek nui hehehehe~
    ciciw clbk kah ini ceritanya? :p
    ditunggu besok :D

    komen seriusnya kalo udah tamat aja ya ^^
    thanks for sharing~

    -ryan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kakak... abis tamat aja komen seriusnya XD

      Delete
  2. Replies
    1. Iyaa besok part 2 di-publish :)
      tunggu di jam yg sama, jam4 muheuhuehe

      *pose*

      Delete