Udah seminggu berlalu seminarnya, alhamdulillah udah ngurus SK juga, so tinggal nunggu SK keluar selama 2 minggu (lama juga yakk..). Udah mulai siap2 ngerjain buku PA, siap2in sopwer, materi, buku n website referensi, dll. Oiya, baru inget kalo saya belom ngerilis judul PA saya di blog hehe.. PA saya judulnya SHIAWASE : APLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG BERBASIS MULTIMEDIA. Meskipun seminar kemaren 'cuma' dapet B dengan nilai 76,5 cukup bersyukur (tapi tetep aja nggak puas), harus lebih bagus pas sidang nanti,artinya musti dapet A dong.
Aplikasinya sederhana ya?? Siapa bilang?? Nantinya aplikasi yang akan saya buat bakalan ada kayak test TOEFL nya, tapi bahasa Jepang. Ada sih istilahnya kalo di tes JLPT (bener nggak yah..), tapi saya lupa. Jadi selain belajar bahasa Jepang secara teori, dengan aplikasi ini user juga bisa melatih keterampilan listening dalam berbahasa Jepang. Bagi yang males ikutan kursus (kayak saya..), bisa terbantu dengan aplikasi ini.
Kenapa ya saya bikin aplikasi ini? Sebenarnya sih berawal dari kesulitan saya sendiri dalam mempelajari bahasa asing. Mau ikut kursus, lumayan mahal, 1/4 uang bulanan bo, dan saya juga nggak ada kucuran dana tambahan haha.. Jadi, mau nggak mau musti belajar autodidak deh. Tapi sulit juga kalo belajar teori bahasa Jepang doang, lebih bagus lagi kalo bisa dipraktekin. Alhasil, saya sering nonton dorama sama denger lagu2 jepang sambil baca artinya (contoh yang aneh..). Bingung juga sih kalo lewat dorama, karena kondisi percakapannya macem2, jadi bingung belajarnya. Apalagi kalo lewat lagu, liriknya puitis boo...
Untungnya, nggak cuma saya yg merasakan kesulitan belajar bahasa asing, terutama bahasa jepang. Dan alasan yang dikemukakan mulai dari mengapa nggak ikut les dan kesulitan dalam belajar bahasa asing rata2 sependapat sama saya. Kebanyakan orang nggak ikut les karena biayanya mahal (secara mahasiswa gitu loh, nyarinya kan yang murah apalagi kalo ada yg gratis..) dan mereka sulit mempelajari grammar juga melatih kemampuan listening.
Tak ada gading yang tak retak. Meskipun aplikasi ini saya nilai menjadi sesuatu yang dapat membantu mahasiswa dalam belajar bahasa asing, tetep aja ada slek di proposal saya. Pertama, di latar belakang belum ada korelasi dengan materi yang akan disampaikan (dikritisi sama bu imelda). Kedua, mengenai pembatasan umur user, mengapa dibatasi (ditanyain sama bu imelda dan pak dickson). Ketiga, apakah huruf hiragana dan katakana perlu dipelajari dalam aplikasi ini (dikritisi sama pak dickson, dengan perbandingan huruf kanji dalam bahasa mandarin). Selain kritikan yang pertama, saya seharusnya bisa menjawab, tapi mungkin karena grogi, nggak ada satu patah kata pembelaan dari saya. Nggak apa2 lah, untuk ke depannya harus lebih yakin lagi sama yang saya buat. Toh, yang tau aplikasi ini kan saya hehe..
Aplikasinya sederhana ya?? Siapa bilang?? Nantinya aplikasi yang akan saya buat bakalan ada kayak test TOEFL nya, tapi bahasa Jepang. Ada sih istilahnya kalo di tes JLPT (bener nggak yah..), tapi saya lupa. Jadi selain belajar bahasa Jepang secara teori, dengan aplikasi ini user juga bisa melatih keterampilan listening dalam berbahasa Jepang. Bagi yang males ikutan kursus (kayak saya..), bisa terbantu dengan aplikasi ini.
Kenapa ya saya bikin aplikasi ini? Sebenarnya sih berawal dari kesulitan saya sendiri dalam mempelajari bahasa asing. Mau ikut kursus, lumayan mahal, 1/4 uang bulanan bo, dan saya juga nggak ada kucuran dana tambahan haha.. Jadi, mau nggak mau musti belajar autodidak deh. Tapi sulit juga kalo belajar teori bahasa Jepang doang, lebih bagus lagi kalo bisa dipraktekin. Alhasil, saya sering nonton dorama sama denger lagu2 jepang sambil baca artinya (contoh yang aneh..). Bingung juga sih kalo lewat dorama, karena kondisi percakapannya macem2, jadi bingung belajarnya. Apalagi kalo lewat lagu, liriknya puitis boo...
Untungnya, nggak cuma saya yg merasakan kesulitan belajar bahasa asing, terutama bahasa jepang. Dan alasan yang dikemukakan mulai dari mengapa nggak ikut les dan kesulitan dalam belajar bahasa asing rata2 sependapat sama saya. Kebanyakan orang nggak ikut les karena biayanya mahal (secara mahasiswa gitu loh, nyarinya kan yang murah apalagi kalo ada yg gratis..) dan mereka sulit mempelajari grammar juga melatih kemampuan listening.
Tak ada gading yang tak retak. Meskipun aplikasi ini saya nilai menjadi sesuatu yang dapat membantu mahasiswa dalam belajar bahasa asing, tetep aja ada slek di proposal saya. Pertama, di latar belakang belum ada korelasi dengan materi yang akan disampaikan (dikritisi sama bu imelda). Kedua, mengenai pembatasan umur user, mengapa dibatasi (ditanyain sama bu imelda dan pak dickson). Ketiga, apakah huruf hiragana dan katakana perlu dipelajari dalam aplikasi ini (dikritisi sama pak dickson, dengan perbandingan huruf kanji dalam bahasa mandarin). Selain kritikan yang pertama, saya seharusnya bisa menjawab, tapi mungkin karena grogi, nggak ada satu patah kata pembelaan dari saya. Nggak apa2 lah, untuk ke depannya harus lebih yakin lagi sama yang saya buat. Toh, yang tau aplikasi ini kan saya hehe..
Semangat ya mb^^
ReplyDeleteGanbatte