Search This Blog

Wednesday, December 30, 2009

KAMMI Education : Kontribusi 'Kecil' KAMMI untuk Masyarakat



KAMMI Education merupakan salah satu program kerja dari Departemen Pengembangan Masyarakat yang berfokus kepada pencerdasan masyarakat. Tetapi jangan dibayangkan bahwa KAMMI mencerdaskan seluruh masyarakat Kab. Bandung Selatan. Progress-nya masih dalam lingkup masyarakat yang sangat kecil, yaitu anak-anak. Bentuk dari program KAMMI Education untuk sementara ini adalah mengadakan semacam bimbingan belajar untuk anak SD hingga SMP. Program ini sebenarnya program turunan dari kepengurusan sebelumnya, namun dulu bimbelnya diadakan di lingkungan sekolah dan kadang-kadang memakai sedikit  jam sekolah. Untuk kepengurusan kali ini konsepnya agak berbeda, sekarang anak-anak mengikuti bimbel di luar jam sekolah dan di lingkungan yang berbeda. Tempat bimbelnya dibagi menjadi dua tempat,
di Sekre KAMMI dan di Masjid PERSIS Gang Desa. Awalnya cukup ragu untuk membuka bimbel di dua tempat, terutama terkait masalah peserta dan pengajar.


Namun, kekhawatiran itu tidak menjadi penghalang. Alhamdulillah sekitar 30 orang peserta mengikuti kegiatan bimbel dan setiap harinya dimungkinkan terus bertambah. Yang menjadi pesertanya pun tidak hanya dari masyarakat sekitar IT Telkom saja, tetapi peserta dari GBA pun juga ada (meskipun jarang datang karena jauh). Penanggung jawab dari KAMMI Education pun sempat kewalahan mengatasi peningkatan jumlah peserta yang tak terduga. Bahkan salah satu orang tua murid sempat mengusulkan untuk membuka bimbel di daerah GBA juga (dijadikan bahan pertimbangan). Kendala yang dihadapi sekarang adalah resource pengajar yang dirasa masih kurang karena peserta terdiri dari kelas 1-6 SD dan 1-3 SMP. Perlu diadakannya penjadwalan pengajar yang lebih teratur serta komitmen dari para pengajarnya.


Banyak pengalaman-pengalaman menarik yang terjadi selama kegiatan bimbel berlangsung.Kadang-kadang ada peserta yang menangis karena dapat nilai yang kurang bagus, ada yang hiperaktif sampai-sampai pengajar pusing dibuatnya, ada yang sangat senang bicara (cerewet maksudnya), dan lain-lain. Tapi tetap dibawa enjoy saja, namanya juga anak-anak. Yang patut dicontoh dari peserta adalah rasa saling tolong-menolong yang cukup tinggi. Mereka yang bisa mengerjakan soal akan membantu temannya yang kesulitan (sampai terharu melihatnya). Yah, jarang sekali terjadi di kalangan mahasiswa bukan? Mungkin untuk masing-masing pengajar memiliki pengalaman tersendiri menghadapi peserta yang notabene adalah anak-anak yang sangat aktif.

Kegiatan bimbel ini sebenarnya masih merupakan langkah kecil untuk melakukan pencerdasan masyarakat karena memang ruang lingkupnya masih sangat sederhana. Masih sangat banyak hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapainya. Pertanyaan yang harus dipikirkan sekarang juga adalah bagaimana pencerdasan untuk pemudanya? Bagaimana pencerdasan untuk masyarakat secara keseluruhan? Tergantung dari seberapa besar kita berkomitmen untuk mencapai tujuan (masyarakat yang cerdas, red) itu dan seberapa banyak orang yang turut berkontribusi.

Putu-putunya...










KAMMI MENGKAJI
KAMMI MENGERTI
KAMMI PEDULI
ALLAHU AKBAR!!!


Regards,
Departemen Pengembangan Masyarakat 2009-2010

No comments:

Post a Comment