Search This Blog

Friday, October 23, 2009

28 Oktober....Bukan Sekedar Nostalgia Sejarah



SOEMPAH PEMOEDA


Pertama :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA



Djakarta, 28 Oktober 1928


Jika saya boleh berkata jujur, sungguh saya ingin merasakan bagaimana membaranya semangat para pemuda Indonesia ketika itu, ketika tanggal 28 Oktober, delapan puluh satu tahun yang lalu. Semangat persatuan dan kesatuan mereka pekikkan dalam menyongsong kemerdekaan melawan penjajah. Suatu peristiwa yang sangat menggetarkan hati dan jiwa pemuda. Entah mengapa getaran itu tidak sampai ke masa kini. Apa kondisi Indonesia yang jauh berbeda dengan dulu atau sekarang memang tidak ada pemudanya?? Sayang sekali jika kita hanya melanjutkan 'status' kemerdekaan kita. Esensi kemerdekaan itu sendiri pun bangsa kita tidak memilikinya. Masih banyak penjajahan terselubung yang terjadi di sekitar kita. Negara kita belum bebas secara hakiki! Hanya sebuah status belaka!! Saya yakin arwah-arwah pemuda dulu yang telah memperjuangkan Negeri ini sedang menitikkan air mata bahkan menangis darah menyaksikan Negerinya porak poranda. Persatuan dan Kesatuan yang menjadi salah satu sila dalam dasar negara kita sudah luntur!

Ikrar yang telah diucapkan delapan puluh satu tahun silam bukan hanya hasil pemikiran dari segelintir orang. Tetapi seluruh pemuda dari berbagai penjuru Indonesia, benar-benar merupakan kesepakatan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, kita memperoleh kemerdekaan. Maka ketika hanya beberapa pemuda saja yang ikut aksi mengkritisi jalannya pemerintahan, jangan berharap terlalu banyak tentang perbaikan Indonesia. Mengapa? Karena pemuda tidak bersatu! Pemerintah tidak akan takut jika hanya beberapa elemen saja yang maju! Ingatlah ketika mantan Presiden Soeharto lengser, semua pemuda Indonesia bersatu melawan tirani. Hasilnya? Tujuan mereka tercapai yaitu melengserkan pemrintahan Soeharto yang Otoriter.

Pernah saya membaca suatu artikel. Di dalamnya dikatakan bahwa sudah menjadi hal yang wajar ketika menusia berpikir untuk mampu dan berupaya melakukan sesuatu guna terpenuhinya kebutuhan itu. Agar manusia tetap hidup, bangkit lalu berkembang. Syamsudin Ramadhan mengatakan bahwa pada prinsipnya kebangkitan manusia adalah bagaimana ia memenuhi kebutuhan pokoknya dan nalurinya sesuai dengan fitrah (memuaskan akal dan menenteramkan jiwa). Kemudian An Habbani dalam Nizhamul fiil Islam mengatakan manusia bangkit ditandai bangkitnya taraf pemikirannya. Dari sini kita bisa tarik kesimpulan bahwa pemikiran yang akan membentuk sebuah aktivitas yang kemudian menjadi landasan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Mungkin naluri-naluri ini yang sudah hilang dari dalam diri pemuda saat ini. Mereka sudah banyak terlena dengan kesenangan (hedonisme) tanpa mau tahu bahwa negaranya sedang digerogoti oleh penyakit yang mematikan!

Apakan Indonesia ini harus dikembalikan seperti dulu lagi supaya pemuda Indonesia semua bersatu (mengadakan Kongres Pemuda lagi mungkin??) Saya berharap kita tidak perlu kembali ke zaman dulu untuk menghadirkan kembali ruh perjuangan pemuda dahulu. Indonesia ini punya kita semua bung, bukan punya presiden saja, wakil pressiden saja, menteri-menteri atau orang kaya saja. Tetapi milik semua warga negara Indonesia yang sah sesuai dengan UUD 1945. Jangan sampai kita terlalu terlena dengan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan, padahal kenikmatan itu menyerang kita secara diam-diam. Hadirkan ruh Bung Tomo, Boedi Utomo, Mohammad Jamin, Wage Rudolf Supratman, dan pemuda Indonesia lainnya yang terlibat dalam Sumpah Pemuda, kemudian jagalah Indonesia.

Salam Mahasiswa!!!

Salam semangat,

Nurida Ekarini
Departemen Pengembangan Masyarakat
KAMMI Komisariat IT Telkom

1 comment: