Search This Blog

Wednesday, February 15, 2012

AFTER THE SUNSET (Part 4)

Keiko bersiap diri untuk berangkat menuju ke Tokyo. Hari ini adalah hari yang sangat ia tunggu karena ia akan bertemu Tomoya lagi. Meskipun ia hanya memakai baju yang casual, tapi Keiko terlihat cantik. Apalagi rambutnya yang terurai panjang membuat ia berbeda dengan Keiko yang dulu. Setelah ia merapikan rambutnya, ia berpamitan dengan orang tuanya dan pergi dengan hati yang bahagia.

Ia berjalan menuju halte bis yang berangkat ke stasiun. Keiko sengaja pergi lebih awal untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga di jalan. Halte yang lumayan jauh dari rumahnya membuat ia ingin melewati suatu tempat konstruksi yang akan dibangun sebuah gedung. Keiko tahu jika ia melewati tempat ini, ia akan cepat sampai ke halte. Keiko mengendap-ngendap masuk ke tempat yang dihalangi oleh pembatas pagar yang cukup tinggi. Ia tidak ingin diketahui oleh pekerja bangunan yang ada disitu. Jika ketahuan ia akan diusir dari situ.

Di tempat ini banyak sekali bahan-bahan bangunan yang tergeletak. Para pekerja sibuk mengangkutnya kesana kemari. Begitu pula pekerja-pekerja yang ada di atas gedung yang belum jadi 100%. Bangunan yang sudah sampai 3 tingkat ini, nampaknya akan dibangun menjadi apartemen. Ketika Keiko berjalan melewati tempat ini, tanpa sadar, ada tiang besar jatuh dari atas, dari lantai tiga. Tiang besi ini jatuh tepat di kepala Keiko. Keiko tersungkur, dan kepalanya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Dengan sigap, para pekerja membawanya ke rumah sakit.

Di tempat konser, Tomoya tampak tidak tenang. Meskipun ia sudah menyuruh Keiko untuk mendatanginya langsung ke members’ room sesudah konser selesai, ia khawatir jika ia tidak bisa bertemu dengan Keiko. Dan konser itu pun terlaksana dengan meriah…. Tetapi Keiko tidak hadir dalam kemeriahan itu…

Tomoya yang menunggu Keiko di members’ room tidak merasakan kehadiran Keiko. Ia memutuskan untuk pergi ke Hyogo keesokan harinya. Tomoya tetap berusaha untuk tenang meskipun dalam hatinya ia merasakan kekhawatiran yang amat sangat. Tanpa pikir panjang, Tomoya langsung mendatangi kedai ramen milik paman angkat Keiko.

Paman angkat Keiko cukup terkejut melihat kedatangan Tomoya. Ia berfikir bahwa Tomoya pasti belum mengetahui kondisi Keiko. Kemudian ia menceritakan apa yang terjadi dengan Keiko kemarin.

“Keiko mengalami kecelakaan. Kepalanya tertimpa tiang besi ketika ia menuju halte bis.”

Tomoya tidak membalas penjelasan dari paman angkat Keiko. Ia langsung bergegas lari setelah mengetahui dimana Keiko berada. Hati Tomoya terasa perih dan ia merasa sangat ketakutan. Ia tidak ingin berfikiran buruk, namun ia sangat takut kehilangan Keiko. Tomoya berusaha secepat mungkin pergi ke rumah sakit dan mencari ruangan tempat Keiko dirawat. Ia sempat putus asa karena tidak menemukan ruangan yang disebutkan oleh suster di rumah sakit itu. Dan akhirnya, ia melihat Keiko… melalui sebuah kaca besar… Keiko terbaring di atas ranjang… Ruangan itu ruang ICU dan dokter sedang terlihat cemas… Tak lama kemudian, Tomoya melihat orang-orang di sekitar ranjang Keiko menangis, lalu suster yang ada dalam ruangan itu menarik selimut putih tipis untuk menutupi wajah Keiko.

Keiko meninggal dunia…

Tomoya tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya merasakan perih yang berkali-kali lipat, bahkan lebih perih ketika ia tahu Keiko tidak menemuinya setelah konser kemarin. Sekarang ia tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa berkata apapun kepada Keiko dan melihat senyum Keiko. Tomoya duduk lemas di lantai depan ruangan itu, pandangannya kosong, bibirnya kaku, merasa bahwa ini hanya mimpi buruk dan ingin cepat-cepat bangun.

Dalam kebisuan itu, Tomoya melihat satu-persatu orang yang tadi ada di sekeliling Keiko keluar dari ruangan ICU. Ia melihat ibunya, ayahnya, adiknya Keiko, dan…. ada satu orang laki-laki lagi di sana. Laki-laki yang terlihat dewasa dan gagah ini mencoba menenangkan keluarga Keiko. Tomoya ingin menghampiri mereka namun ia mengurungkan niatnya. Tomoya pergi, menjauh dari ruangan itu, berharap ini adalah mimpi terburuk yang pernah ia dapatkan. 


To be continued....

3 comments: